Bakal calon wali kota (bacawali) Surabaya Eri Cahyadi mengungkapkan bahwa dirinya mengetahui terkait anggaran Surabaya. Dalam peresmian posko di Tambak Asri, Surabaya, da sempat mengkritik bahwa data terkait Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dari Dinas Sosial dan RT/RW tidak sinkron.
“Saya tahu kemana dan dimana anggaran Surabaya disimpan. Harus sinergi semuanya. Jangan kayak sekarang, data Dinsos nggak sinkron dengan RT/RW. Jangan sampai ada yang kelewatan,” tuturnya pada Sabtu (12/9).
Dia bercerita, salah seorang perwakilan ketua RT bertanya, bila dirinya jadi wali kota, apakah insentif RT akan sama. “Saya tanya balik. Ketua RT dan RW apakah siap mengurus warga yang kesulitan? Misalnya, ada yang butuh sekolah atau perizinan. Kalau siap, saya juga siap menganggarkan Rp 1 juta sampai Rp 1,5 juta tiap bulannya,” imbuhnya.
Mantan Ketua Bappeko ini pun mengajak warga untuk menghitung-hitung. “Tahu nggak jumlah RT se-Surabaya? Ada 10 ribu. Kalo diberi Rp 1 juta, totalnya Rp 2 M,” ujarnya.
“Sebelumnya, APBD Surabaya senilai Rp 10 T dan sudah dianggarkan untuk infrastuktur. Otomatis masih ada sisa. Dengan nominal segitu, sebenarnya bisa dianggarkan,” lanjut Eri.
Bacawali berusia 43 tahun tersebut juga menanyakan apakah RT/RW siap bertanggung jawab. “Sehebat apapun wali kotanya, kalau warga nggak bisa bekerja sama, pasti nggak akan bisa berkembang,” tuturnya.
Dalam peresmian tersebut, wakil ketua RW 6, purnawiran TNI AL, Karnoto, mengungkapkan bahwa warga sudah mengenal Eri sejak menjadi ketua Bappeko. “Kami biasa berkomunikasi soal pembangunan. Banyak harapan yang direalisasikan. Misalnya lapangan voli, badminton, dan futsal,” ungkapnya.
Ke depan, posko akan digunakan warga untuk tempat berkumpul dan berdiskusi. Selain itu, posko yang berada di RT 18/RW 6 tersebut difungsikan untuk menjembatani aspirasi warga dan pemerintah.
0 Comments