Halodunia – Seperti yang dituturkan dalam kisah, perjuangan untuk menyebarkan agama Allah SWT tidak pernah mudah. Para Nabi harus menghadapi berbagai cobaan. Mulai dari keluarga yang meremehkan, orang-orang yang mengaku Tuhan, musuh-musuh yang sulit ditaklukkan, dan yang tak kalah buruk adalah para pengkhianat.
Terdapat sederet nama yang dinobatkan menjadi pengkhianat terburuk dalam sejarah Islam. Mereka mendekati para nabi untuk menghancurkan penyebaran agama dari dalam. Beberapa di antaranya bahkan menimbulkan peperangan besar.
Ingin tahu seperti apa apa yang dilakukan para pengkhianat dan seperti apa akhir kehidupan mereka? Simak kisahnya berikut ini!
Membicarakan tentang pengkhianat dalam sejarah Islam, mayoritas orang pasti ingat akan kisah Yudas Iskariot yang mengkhianati Nabi Isa. Lalu sebenarnya siapakah dia?
Nama Yudas Iskariot sebenarnya tidak tertuliskan di Al-Qur’an dan sumber kredibel mana pun dalam Islam. Itulah kenapa ada banyak versi cerita dari pengkhiatannya. Studi dari Online Journal Research in Islamic Studies tahun 2015 menghimpun semua versi tersebut dan mengemukakan kesimpulannya sebagai berikut.
Seperti yang kita tahu, Nabi Isa memiliki begitu banyak mukjizat. Ia bisa menyembuhkan berbagai penyakit, menghidupkan burung dari tanah liat, dan lain-lain. Bersamaan dengan itu, beliau mengajak kaum Bani Israil yang beragama Yahudi untuk mengimani agama Allah SWT. Mereka tidak terima dan marah kepadanya.
Nabi Isa dan pemuda pengikutnya pun dikejar-kejar oleh kaum Bani Israil dan pasukan raja yang saat itu memimpin. Mereka bersembunyi di sebuah rumah. Di saat yang bersamaan, salah satu dari pemuda tersebut berkhianat dan membocorkan tempat persembunyian Nabi Isa. Ia menukar informasi tersebut dengan uang sebesar 30 dirham. Seperti yang kamu duga, ia adalah Yudas.
Sesampainya pasukan di sana, Allah SWT ternyata sudah mengangkat Nabi Isa ke langit untuk melindunginya. Yudas yang berkhianat diubah wajah, penampilan, hingga suaranya agar mirip dengan sang nabi. Pasukan mengira bahwa ia adalah Nabi Isa. Yudas pun menggantikan beliau dibunuh dan disalib.
Sebagai disclaimer, dalam ajaran Islam, Nabi Isa memang tidak mati dan tidak disalib. Salah satu pengikutnya yang berkhianatlah yang menjalani hukuman tersebut. Tidak dikatakan secara rinci apakah itu Yudas atau bukan. Namun berbagai tafsir menunjukkan bahwa itu benar-benar Yudas.
Sayang sekali, kaum Tsamud dipenuhi dengan orang-orang sombong yang ingkar terhadap Allah SWT. Itulah kenapa Nabi Saleh diutus untuk mengajak mereka kembali ke jalan yang benar. Seperti dugaan, kehadiran sang nabi tidak disambut baik. Beliau dicaci dan dihujat. Ada pula yang mengatainya bodoh.
Kaum Tsamud kemudian membuat satu permintaan kepada Nabi Saleh. Jika beliau berhasil mengabulkannya, mereka berjanji akan memeluk agama Allah SWT. Permintaan tersebut adalah Nabi Saleh harus mengeluarkan atau menciptakan seekor unta dari sebongkah batu.
Atas kuasa Allah SWT, Nabi Saleh berhasil memenuhi permintaan tersebut. Sebagian dari mereka memang menjadi pengikut. Namun sebagian lagi semakin membenci Nabi Saleh diam-diam. Mereka kemudian membunuh unta betina yang sedang hamil itu dengan pedang. Sang nabi memeringatkan bahwa tindakan tersebut akan mendapatkan ganjaran dari Sang Pencipta.
Seakan tak cukup, para pengkhianat ini bahkan berencana membunuh Nabi Saleh. Namun Allah SWT menyelamatkan beliau dan para pengikutnya. Tiga hari setelah Nabi Saleh pergi dari kaum Tsamud, pegunungan tempat mereka tinggal terguncang oleh gempa bumi dan badai. Semua rumah dan tubuh para pengkhianat terkubur tidak bersisa.
Nabi Muhammad SAW menghadapi begitu banyak musuh yang membencinya. Di antara mereka, ada Abdullah bin Ubay. Ia dikenal sebagai ‘pentolan’ pengkhianat di masa Rasulullah. Bukan hanya itu, ia juga dicap sebagai orang yang munafik, yaitu suka berdusta dan mengingkari janji.
Abdullah bin Ubay awalnya akan diangkat menjadi penguasa Madinah. Begitu Nabi Muhammad SAW hijrah ke kota tersebut, pamor Abdullah bin Ubay memudar seketika. Bahkan masyarakat setempat mengangkat Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpinnya. Melihat hal ini, ia pun marah besar. Kebenciannya terhadap sang Rasul semakin memuncak.
Tak seperti Abu Lahab yang menunjukkan rasa bencinya, Abdullah bin Ubay mengaku beriman di hadapan Rasulullah. Namun di balik itu, ia menjelek-jelekkan nabi dan umat Islam. Ia juga sering mengadu domba agar orang-orang menyerang para muslim.
Puncak pengkhianatan Abdullah bin Ubay terjadi ketika Nabi Muhammad SAW dan pasukan sedang dalam perjalanan menuju ke Uhud untuk berperang (Perang Uhud). Ia membelot dan membawa 300 orang bersamanya untuk bergabung bersama musuh. Jadi, pasukan yang semula 1.000 orang berkurang jadi 700 orang.
Hal ini tidak menggentarkan pasukan muslim. Rasulullah dan pengikutnya tetap berperang melawan kaum Quraisy selama kurang lebih 7 hari. Banyak korban berjatuhan, termasuk para sahabat dan keluarga nabi. Akibatnya, pasukan muslim pun mundur dan mengumumkan kemenangan kaum Quraisy.
Nabi Yusuf merupakan anak dari Nabi Yakub. Ia dianugerahi kepintaran dan paras yang menawan. Bukan hanya itu, Nabi Yusuf juga menjadi kesayangan sang ayah. Hal ini membuat saudara-saudaranya iri dan dengki.
Suatu hari, saudara-saudara itu mengajak Nabi Yusuf menggembala. Namun di tengah jalan, mereka melemparkan sang adik bungsu ke dalam sumur agar ia lenyap selamanya. Sesampainya di rumah, mereka bersandiwara dengan menangis dan mengatakan bahwa Nabi Yusuf mati dimakan serigala. Nabi Yakub sangat kehilangan, ia menangis berhari-hari karenanya.
Namun ternyata, Nabi Yusuf tidak mati. Beliau kemudian ditemukan oleh rombongan penjelajah yang ingin mengambil air di sumur tersebut. Dari sana, beliau dibawa ke Mesir. Nabi Yusuf harus menjadi budak, sempat dipenjara karena fitnah, hingga akhirnya diangkat jadi tangan kanan raja.
Beberapa tahun kemudian, saudara Nabi Yusuf datang ke Mesir untuk meminta bahan pangan karena kemarau panjang. Namun mereka tidak mengenali adiknya itu. Lebih lanjut, Nabi Yusuf ternyata memaafkan semua perbuatan saudaranya. Beliau mengajak mereka serta Nabi Yakub untuk tinggal bersama di Mesir.
Kisah Hatib bin Abi Balta’ah sedikit berbeda dengan lainnya. Ia merupakan salah satu sahabat dekat Nabi Muhammad SAW yang beriman dan bahkan ikut membela agama dalam Perang Badar, salah satu perang terbesar di sejarah Islam. Itulah kenapa Hatib begitu spesial.
Tak hanya itu, Hatib juga ikut hijrah dengan Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah. Saat itu, ia meninggalkan harta dan keluarganya. Suatu hari, ketika Mekkah dikuasai oleh bangsa Quraisy, Rasulullah dan para sahabat berencana untuk mengambil alih kota suci tersebut.
Hatib yang mengetahui hal ini berniat untuk mengirimkan surat kepada orang-orang di Mekkah tentang strategi perang Nabi Muhammad SAW. Sayang sekali niat tersebut gagal karena suruhannya ditangkap para sahabat lainnya.
Rasulullah kemudian menyidang Hatib dan bertanya kenapa ia melakukan hal tersebut. Hatib kemudian berkata bahwa sahabat lain memiliki orang di Mekkah untuk mengamankan keluarganya, sementara ia tidak. Maka ia berniat menukar strategi perang Nabi Muhammad SAW dengan perlindungan terhadap keluarganya.
Mendengar hal ini, Nabi Muhammad pun memaafkan Hatib dan menyuruhnya melanjutkan niat untuk menolong keluarganya. Ini karena Hatib merupakan sosok istimewa yang tidak memiliki niat buruk.
Ada dua istri nabi yang tercatat dalam sebuah ayat di Al-Qur’an. Bukan karena kebaikannya, melainkan karena pengkhianatannya yang tak bisa diampuni. Salah satu sosok tersebut adalah istri Nabi Nuh. Begitu pula dengan anak-anaknya. Apa yang dilakukan mereka?
Nabi Nuh diutus kepada kaum yang benar-benar bebal. Mereka tidak Mereka menyembah berhala (patung) dan menghina sang nabi yang dianggap telah mengganggu hidupnya. Bukan hanya itu, Nabi Nuh juga diuji dengan istri dan anak-anaknya yang juga menyembah berhala.
Dengan sabar, beliau terus membimbing mereka kembali ke jalan Allah SWT. Sayangnya, upaya tersebut tidak dihiraukan oleh istri dan anak-anaknya. Mereka tetap berkumpul dengan orang-orang yang ingkar dan menyembah berhala.
Saat Nabi Nuh dan pengikutnya selesai membangun kapal, banjir besar pun datang. Sang nabi berusaha untuk menyelamatkan keluarganya, namun tidak berhasil karena mereka bukanlah orang yang beriman kepada Allah SWT. Istri dan anak-anak Nabi Nuh pun tenggelam bersama berhala-berhalanya.
Menyambung poin sebelumnya, istri berikutnya yang dianggap berkhianat adalah istri Nabi Luth. Menurut Al-Qur’an, ia tidak mampu menjaga rahasia dan ingkar terhadap suaminya. Apa yang dilakukannya?
Nabi Luth diutus untuk memperbaiki perilaku kaum Sodom yang menyukai sesama jenis, melakukan seks bebas, dan berbagai tindakan kriminal lainnya. Upaya dakwah beliau tidak diterima di sana, beliau bahkan dianggap sok suci dan menggurui.
Nabi Luth kemudian memohon pertolongan Allah SWT. Beliau pun mengutus dua malaikat untuk pergi bersamanya. Mereka menyamar menjadi laki-laki yang rupawan dan datang ke rumah Nabi Luth. Hal ini dilakukan secara diam-diam agar kaum Sodom tidak mengetahuinya.
Sayangnya, istri sang nabi berkhianat. Ia membocorkan bahwa ada dua laki-laki tampan di rumahnya kepada kaum Sodom. Perempuan itu bahkan mengambil uang dari mereka sebagai bentuk pertukaran dengan informasi itu. Masyarakat kemudian datang menyerbu rumah Nabi Luth untuk bertemu dengan kedua malaikat.
Melihat hal ini, Nabi Luth dan pengikutnya diperintahkan untuk meninggalkan kaum tersebut dan tidak pernah menengok ke belakang. Sang istri juga diajak. Namun lagi-lagi ia berkhianat dan memilih tinggal bersama kaum Sodom. Allah SWT kemudian mendatangkan bencana besar kepada kaum tersebut. Bumi seakan dibalik dengan adanya gempa, angin, hingga hujan batu. Semua orang pun mati terkubur.
Itulah kisah para pengkhianat nabi-nabi yang berusaha menggagalkan penyebaran agama Allah SWT. Kamu bisa mengambil begitu banyak hikmah dari kisah-kisah tersebut.
The post 7 Pengkhianat Para Nabi di Sejarah Islam appeared first on Halo Dunia.
0 Comments